Di suatu acara bedah buku yang saya hadiri, kang abik (Habiburrahman El Shirazy) bercerita tentang kisah yang pernah ia dapatkan sewaktu kuliah di Kairo. kurang lebih begini ceritanya
“ada seorang syeikh, yang memiliki putri cantik shalehah, yang sudah saatnya menikah, sang syeikh diam-diam mengamati diantara para muridnya, atau siapapun lelaki yang ia dapati, yang pantas menjadi menantunya. Dalam keberkahan dan kedinamisan majelis ilmu yang ia pimpin, ia perhatikan ada seorang pemuda yang rajin hadir, tapi tak banyak bicara, yang ia lakukan hanya memperhatikan dan mencatat. Lalu di suatu waktu si murid pendiam itu, memberikan sebuah kitab (buku) pada sang guru “wahai syeikh, ini adalah syarah (penjelasan ) dari pelajaran – pelajaran yang engkau sampaikan, kiranya engkau mau meneliti dan mengoreksinya”. Begitu kata si murid. Betapa takjub nya sang syeikh ketika mendapati penjelasan nya yang begitu rinci dan dalam, sekelumit pelajaran yang ia sampaikan, mampu di jabarkan sedemikian lengkap oleh si murid. Lalu tanpa banyak lagi pertimbangan, syeikh pun menawarkan pada si murid untuk menjadi menantunya. Dan tahukah bagaimana nasib kitab tersebut ? kitab itu menjadi mahar pernikahan darinya".
Dari kisah itu, kang abik terinspirasi, kelak akan memberikan mahar buku pada calon istrinya.Dan hal itu terealisasi, novel ayat- ayat cinta menjadi (salah satu) mahar kang abik pada istrinya. Novel yang kemudian menjadi syi’ar nilai islami, di dunia perbukuan bahkan per film an di tanah air.
Dari cerita kang abik itu, saya pun terbetik keinginan yang sama, inspirasi di atas inspirasi….
Lalu, jadi menulisnya ?
ya.., tapi cuma beberapa hari, selanjutnya inspirasi tinggal lah inspirasi…,
Sampai suatu saat, Allah swt menghadirkan dia.
Alhamdulillah, kehadirannya mengalirkan energy.
Huruf demi huruf, paragraph demi paragraph, hingga lembar demi lembar, mulai terangkai
Tak mudah ternyata, tapi di balik kesederhanaan, semoga menjadi hadiah indah bagi dia, dan tentu pula untuk (dan karena) Dia.
Awalnya mau memberikan ‘surprise’ baginya, tapi...
karena dosa diri yang demikian menggungung, dan kebaikan akan menghapusnya
karena kemanfaatan pada lebih banyak pihak, akan mengalirkan pahala yang lebih banyak,
maka – mudah2an- buku ini, menjadi jalan mengurangi dosa-dosa diri, dan menambah kemanfaatan diri.
Lalu akhirnya, saya memutuskan untuk mempublishnya, dengan sebelumnya minta izin terlebih dahulu..,kemarin, saya sms dia, 'membocorkan' surprise kado sederhana itu, sekaligus meminta izin, maukah dia menerima hadiah ini, sebagai mahar ? dan ridhokah ia kalau kado ini, juga di hadiahkan ke saudara, sahabat, dan yang lainnya ? Alhamdulillah, dia RIDHO. Akhlaknya memang ‘budiman’, semoga keridhoannya, menjadi saham kebaikan yang akan mengalirkan pahala baginya.
Sekilas mungkin keistimewaan hadiahnya, jadi sedikit berkurang baginya, tapi tak apa lah. Mudah2an saya bisa mengkompensasinya dengan cara, dan di momen yang lebih istimewa :)
Dan, mengawali hidup baru dengan kemanfaatan, semoga menjadi landasan yang di atasnya berdiri keluarga yang produktif melahirkan manfaat demi manfaat. Amiin.